Berita  

Unity Lakukan PHK Massal Lagi, Karyawan Dapat Email Pemecatan Jam 5 Pagi

Unity Lakukan PHK Massal Lagi, Karyawan Dapat Email Pemecatan Jam 5 Pagi

Restartid.com – Unity, salah satu game engine paling populer di dunia, kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Keputusan ini diambil setelah perusahaan menghabiskan USD 205 juta untuk merampingkan operasionalnya dan memangkas 25 persen tenaga kerja selama tahun fiskal ini.

Namun, pemecatan ini tampaknya masih berlanjut, menimbulkan pertanyaan besar: Mengapa Unity kembali melakukan PHK massal?

Gelombang PHK Kembali Terjadi, Diumumkan Lewat Forum

Kabar mengenai PHK terbaru di Unity mulai mencuat di internet setelah beberapa karyawan yang terdampak membagikan pengalaman mereka di media sosial dan forum profesional.

Salah satu yang mengonfirmasi pemecatan ini adalah Shanee Nishry, pimpinan Behavior Package Tech Unity. Dalam sebuah unggahan di forum, ia menyatakan bahwa seluruh timnya telah terkena PHK dalam gelombang terbaru ini.

Bagi yang belum familiar, Behavior adalah alat visual yang dikembangkan untuk mengatur perilaku NPC (Non-Playable Character) serta objek dalam game. Nishry juga mengungkapkan bahwa alat ini awalnya dibuat secara independen sebelum akhirnya diadopsi sebagai produk inti dalam Unity Engine.

Ia bahkan meminta agar teknologi tersebut dijadikan open-source, tetapi hingga kini belum ada kepastian apakah permintaannya akan dikabulkan oleh Unity.

Selain Nishry, Lead Game Designer Unity, André de Miranda Cardoso, juga mengungkapkan bahwa dirinya turut terdampak dalam PHK mendadak ini.

Pemecatan Mendadak, Karyawan Dapat Email Pukul 5 Pagi

Salah satu aspek paling disoroti dalam gelombang PHK ini adalah cara komunikasi yang buruk dari Unity kepada para karyawannya.

Beberapa testimoni menunjukkan bahwa banyak karyawan yang menerima email pemecatan pada pukul 5 pagi waktu setempat. Salah satunya adalah Peter Roe, Senior Technical Artist di Unity, yang membagikan pengalamannya di media sosial:

“Saya terkena dampak dari PHK di Unity hari ini, bersama dengan banyak kolega berbakat dan pekerja keras. Meski kabar ini berat, saya berterima kasih atas hampir 3 tahun yang saya habiskan di perusahaan.”

“Namun, saya ingin menyoroti bagaimana Unity mengkomunikasikan PHK ini. Menerima email pukul 5 pagi dari noreply@unity yang memberitahukan bahwa peran saya telah dihapus dan akses sistem saya akan dicabut pada akhir hari itu terasa sangat mendadak dan tidak personal. Unity seharusnya bisa menangani ini dengan lebih baik, terutama dalam masa sulit seperti ini.”

Situasi ini memperlihatkan bagaimana Unity menangani PHK dengan cara yang kurang manusiawi, sesuatu yang sering dikritik dalam industri teknologi dan video game.

PHK Massal, Bagian dari Restrukturisasi Usai Kontroversi Runtime Fee

Gelombang PHK ini terjadi setelah Unity mengumumkan restrukturisasi besar-besaran tahun lalu. Saat itu, perusahaan mengklaim bahwa langkah ini akan membantu menciptakan pertumbuhan finansial yang lebih stabil dan menguntungkan.

Keputusan ini diambil pasca kepergian mantan CEO John Riccitiello, yang sebelumnya mendapat kecaman akibat kebijakan kontroversial Runtime Fee—biaya tambahan bagi developer berdasarkan jumlah instalasi game mereka.

Kini, kepemimpinan Unity telah beralih ke Matthew Bromberg, yang segera membatalkan kebijakan Runtime Fee untuk mengembalikan kepercayaan komunitas pengembang game.

Namun, hingga kini, Unity belum memberikan pernyataan resmi mengenai alasan di balik PHK terbaru ini.

PHK di Industri Game Kembali Meningkat di 2025

Gelombang PHK di Unity ini hanyalah satu dari banyak kasus yang terjadi di industri video game. Meskipun baru memasuki bulan ke-2 tahun 2025, tren PHK di perusahaan game terus meningkat.

Beberapa faktor utama yang memicu tren ini antara lain:

  • Efisiensi biaya akibat kondisi ekonomi global yang tidak stabil.
  • Restrukturisasi bisnis untuk meningkatkan profitabilitas.
  • Investasi besar yang tidak memberikan hasil maksimal, seperti yang terjadi di Unity.

PHK massal ini menjadi pengingat bahwa bahkan perusahaan teknologi besar pun tidak kebal dari tekanan ekonomi dan perubahan strategi bisnis.