Berita  

Sebelum Bukalapak, Inilah Daftar E-commerce yang Gugur di Pasar Indonesia

Sebelum Bukalapak, Inilah Daftar E-commerce yang Gugur di Pasar Indonesia

Restartid.com – Industri e-commerce di Indonesia dikenal sebagai salah satu sektor dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Namun, tidak semua pemain mampu bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat. Bahkan, beberapa platform yang sempat populer harus rela menutup layanan mereka. Baru-baru ini, langkah serupa diambil oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), yang mengubah fokus bisnisnya.

Bukalapak kini tidak lagi mengoperasikan layanan marketplace mereka dan lebih memilih mengembangkan layanan seperti penjualan pulsa, token listrik, hingga pembayaran BPJS. Meski demikian, Bukalapak bukanlah e-commerce pertama yang menghadapi tantangan besar hingga menutup layanan. Berikut adalah daftar 9 e-commerce yang lebih dahulu harus undur diri dari industri ini:

Daftar E-commerce yang Gugur di Pasar Indonesia

1. Blanja.com

Blanja.com, hasil kolaborasi antara Telkom dan e-Bay, secara resmi menutup layanannya pada 1 September 2020. Penutupan ini disebabkan oleh perubahan strategi perusahaan. Sebelumnya, platform ini dikenal dengan nama Plasa.com sebelum berubah menjadi Blanja.com.

2. Elevania

Didirikan pada tahun 2014 sebagai hasil kemitraan antara XL Axiata dan perusahaan asal Korea Selatan, SK Planet, Elevania resmi menghentikan layanan pada 2023. Selama hampir satu dekade, Elevania berusaha bersaing di pasar yang didominasi oleh pemain besar seperti Tokopedia dan Shopee.

3. Qlapa

Qlapa, e-commerce yang berfokus pada produk kerajinan lokal, juga harus menyerah menghadapi persaingan di sektor ini. Dengan hadirnya nama-nama besar seperti Bukalapak dan Tokopedia, Qlapa kesulitan mempertahankan eksistensinya. Akhirnya, platform ini resmi ditutup pada 2019, hanya empat tahun setelah diluncurkan.

4. Rakuten

E-commerce asal Jepang, Rakuten, menghentikan operasinya di Indonesia setelah lima tahun beroperasi. Alasan utamanya adalah perubahan model bisnis yang dinilai tidak lagi sesuai dengan konsep awal.

5. Cipika

Cipika, yang merupakan bagian dari Indosat, hanya mampu bertahan selama tiga tahun sebelum ditutup pada 2017. Kegagalan Cipika dianggap disebabkan oleh perkembangan yang terlalu lambat, membuatnya tidak mampu bersaing dengan platform e-commerce lainnya.

6. Multiply

Awalnya dikenal sebagai platform media sosial, Multiply kemudian berubah menjadi marketplace bernama Multiply Commerce setelah memindahkan basis operasinya ke Indonesia. Sayangnya, setelah pendanaannya dihentikan oleh Naspers, Multiply tidak mampu melanjutkan bisnisnya.

7. MatahariMall.com

E-commerce ini awalnya beroperasi dengan nama Matahari.com, sebelum diubah menjadi MatahariMall.com pada 2015. Namun, perubahan fokus bisnis yang hanya menjual produk Matahari, tanpa keterlibatan pihak ketiga, membuatnya sulit untuk bersaing secara efektif.

8. Toko Bagus

Meski tidak sepenuhnya tutup, Toko Bagus berganti nama menjadi OLX pada 2014. Namun, rebranding ini pun tidak membawa keberhasilan besar. OLX kini lebih fokus pada pasar jual beli mobil bekas di bawah merek OLX Autos.

9. JD.id

Salah satu e-commerce terbesar yang menutup operasinya adalah JD.id. Keputusan ini diambil pada 2023 setelah serangkaian langkah strategis seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan layanan logistik. Induk perusahaan JD.com mengarahkan fokus bisnis mereka pada pembangunan jaringan rantai pasok internasional.

Apa yang Bisa Dipelajari?

Fenomena tutupnya e-commerce di Indonesia ini menunjukkan betapa dinamis dan kompetitifnya pasar digital di tanah air. Meskipun pasar e-commerce terus berkembang, pemain-pemain baru maupun lama harus cermat membaca arah tren dan strategi untuk tetap relevan di tengah persaingan yang sangat ketat. Sementara itu, konsumen di Indonesia tetap menjadi bagian penting dari pertumbuhan industri ini, dengan kebutuhan akan pengalaman belanja online yang praktis dan terjangkau.