Restartid.com – Teknologi kecerdasan buatan (AI) kembali menjadi sorotan tajam setelah aktris Hollywood Scarlett Johansson menjadi korban deepfake. Bintang film Black Widow ini menegaskan penolakannya terhadap penggunaan AI yang tidak etis dan mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk memperketat regulasi terkait teknologi deepfake.
Scarlett Johansson Jadi Korban AI DeepFake
🔹 Video deepfake viral memicu reaksi keras dari Johansson
🔹 Bukan pertama kalinya wajah dan suara Johansson disalahgunakan AI
🔹 Desak pemerintah AS segera buat regulasi baru untuk melindungi publik
Dalam wawancara dengan situs People, Scarlett Johansson mengungkapkan bahwa dirinya baru saja menjadi korban deepfake. Insiden ini pertama kali diketahui setelah salah satu anggota keluarganya memberi tahu bahwa sebuah video deepfake dirinya tengah viral di internet.
Video tersebut menampilkan sejumlah selebriti keturunan Yahudi mengenakan kaos putih dengan logo Bintang Daud di dalam sebuah tangan yang mengacungkan jari tengah, serta tulisan “Kanye” di bawahnya. Video ini muncul sebagai respons terhadap kontroversi Kanye West yang sebelumnya dianggap mempromosikan anti-semitisme.
Bukan Kasus Pertama, Scarlett Johansson Berulang Kali Jadi Korban AI
Scarlett Johansson bukan pertama kalinya menjadi korban AI deepfake. Ia mengaku sudah berkali-kali melihat wajah dan suaranya disalahgunakan oleh berbagai pihak tanpa izin, baik dalam konten video maupun audio yang dibuat menggunakan AI.
“Terlepas dari pesan apa pun yang ingin disampaikan, saya tidak pernah memberikan izin atas penggunaan wajah dan suara saya dengan cara ini. Ini adalah pelanggaran yang sangat serius.”
Kasus penyalahgunaan deepfake terhadap selebriti memang semakin meningkat. Banyak aktor dan aktris Hollywood menghadapi permasalahan serupa, di mana teknologi AI digunakan untuk menciptakan video palsu yang menyerupai mereka, sering kali tanpa persetujuan atau kontrol dari yang bersangkutan.
Desak Pemerintah AS Perketat Regulasi AI
Scarlett Johansson tak hanya mengutuk penyalahgunaan deepfake, tetapi juga menyerukan tindakan nyata dari pemerintah AS. Menurutnya, regulasi yang ada saat ini belum cukup untuk mengatasi dampak buruk dari teknologi AI yang berkembang pesat.
“Saya sangat kecewa dengan lambannya pemerintah dalam merespons masalah ini. AI berkembang dengan cepat, tetapi regulasi yang ada justru tertinggal jauh. Ini adalah ancaman nyata bagi masa depan manusia.”
Johansson menegaskan bahwa sudah saatnya pemerintah membuat undang-undang baru yang lebih ketat untuk menghambat penyalahgunaan AI, terutama dalam pembuatan deepfake yang berpotensi merugikan individu, menyebarkan misinformasi, hingga mengancam keamanan digital.
Kontroversi AI DeepFake, Haruskah Dilarang?
Kasus Scarlett Johansson menambah daftar panjang kontroversi AI deepfake, terutama dalam ranah privasi, keamanan, dan etika digital. Sejumlah pakar menyebut bahwa regulasi yang lebih ketat memang sangat dibutuhkan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi ini.
Namun, di sisi lain, AI juga memiliki manfaat besar dalam berbagai industri, mulai dari industri film, gaming, hingga teknologi keamanan. Tantangannya adalah bagaimana menciptakan regulasi yang melindungi publik tanpa menghambat inovasi teknologi.