Restartid.com – Setelah lima tahun memimpin Nokia, Pekka Lundmark resmi mundur dari jabatannya sebagai CEO, menyerahkan tongkat estafet kepada Justin Hotard, seorang eksekutif senior dari Intel. Keputusan ini sekaligus mengakhiri spekulasi yang telah beredar sejak tahun lalu mengenai pergantian kepemimpinan di raksasa telekomunikasi asal Finlandia tersebut.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Senin (10/2/2025), Nokia menyatakan bahwa Lundmark akan tetap menjadi penasihat CEO hingga akhir tahun 2025 untuk memastikan transisi kepemimpinan berjalan lancar. Hotard, yang saat ini menjabat sebagai kepala divisi AI dan pusat data di Intel, akan mulai menjalankan tugasnya sebagai CEO Nokia per 1 April 2025.
Justin Hotard: Pemimpin Baru dengan Fokus AI dan Data Center
Keputusan Nokia memilih Justin Hotard sebagai CEO bukan tanpa alasan. Ketua Dewan Direksi Nokia, Sari Baldauf, menekankan bahwa Hotard memiliki rekam jejak yang kuat dalam mempercepat pertumbuhan perusahaan teknologi serta pengalaman luas di bidang AI dan pusat data—dua sektor yang kini menjadi kunci pertumbuhan Nokia.
Baldauf juga mengapresiasi kepemimpinan Lundmark selama lima tahun terakhir, di mana ia berhasil membangun kembali kepemimpinan Nokia di jaringan radio 5G, memperkuat posisi perusahaan dalam jaringan inti berbasis cloud, serta mendorong pertumbuhan dan peningkatan laba secara signifikan.
Namun, menurut Ian Fogg, analis industri dari CCS Insight, pergantian CEO ini bisa menjadi indikasi perubahan arah strategis Nokia. Fogg mencatat bahwa dunia teknologi saat ini dipenuhi dengan perbincangan soal AI, sehingga peran Hotard yang berpengalaman dalam bidang tersebut bisa menjadi langkah besar bagi Nokia dalam mengejar tren industri terbaru.
Rumor Pergantian CEO Menguat Sejak 2024
Isu mengenai pergantian Lundmark sebenarnya telah berhembus sejak September 2024, saat Nokia dikabarkan tengah mencari kandidat baru untuk posisi CEO. Saat itu, Nokia menegaskan bahwa mereka hanya melakukan “perencanaan suksesi berkala”, tetapi laporan dari Financial Times (FT) menyebutkan bahwa perusahaan telah menunjuk seorang pencari bakat untuk mempercepat proses tersebut.
Lundmark sendiri menyadari bahwa posisinya berada dalam tekanan setelah kinerja Nokia menurun pada Q2 2024. Saat itu, Nokia mencatat penurunan penjualan sebesar 18% secara tahunan di seluruh lini bisnisnya. Situasi diperburuk dengan kehilangan kontrak besar dari AT&T, yang beralih ke pesaing utama, Ericsson.
Dinamika Keuangan: Nokia Bangkit di Q4 2024, tetapi Tak Menyelamatkan Lundmark
Terlepas dari penurunan kinerja di pertengahan tahun, Nokia menunjukkan pemulihan yang signifikan pada Q4 2024. Dalam laporan keuangan terbaru:
✅ Penjualan bersih naik 9% (year-on-year) menjadi €6 miliar.
✅ Laba bersih melonjak ke €813 juta, dibandingkan kerugian €33 juta pada Q4 2023.
Peningkatan ini didorong oleh strategi efisiensi besar-besaran, termasuk PHK ribuan karyawan di berbagai negara, serta ekspansi ke pasar utama seperti India. Namun, meskipun berhasil membawa Nokia kembali ke jalur pertumbuhan, capaian tersebut tidak cukup untuk mempertahankan posisi Lundmark.
Menurut laporan FT, pergantian Lundmark terjadi karena ketidakmampuan Nokia dalam meningkatkan pendapatan. Bahkan setelah akuisisi besar-besaran terhadap Alcatel-Lucent senilai €15,6 miliar pada 2016, angka pendapatan Nokia masih lebih rendah dibandingkan ekspektasi pemegang saham.
Masa Depan Nokia di Bawah Justin Hotard
Dengan masuknya Justin Hotard sebagai CEO, diperkirakan akan ada perubahan besar dalam strategi Nokia. Mengingat latar belakangnya di bidang AI dan pusat data, banyak yang berspekulasi bahwa Nokia akan lebih fokus pada pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan, bukan sekadar jaringan telekomunikasi.
Namun, tantangan besar menanti Hotard, mengingat persaingan ketat di industri ini. Nokia harus bersaing dengan Ericsson dan Huawei dalam infrastruktur 5G, sekaligus menghadapi pergeseran teknologi menuju AI dan cloud computing.