Restartid.com – Perkembangan bank digital di Indonesia terus menunjukkan tren positif, dengan semakin banyaknya lembaga keuangan yang beralih ke layanan berbasis teknologi. Namun, meskipun menawarkan berbagai kemudahan, masih ada sebagian masyarakat yang ragu untuk sepenuhnya beralih ke perbankan digital. Beberapa faktor utama yang menjadi penyebabnya antara lain:
1. Kekhawatiran terhadap Keamanan Data
Salah satu alasan utama mengapa banyak orang enggan menggunakan layanan bank digital adalah masalah keamanan. Ancaman peretasan, pencurian data pribadi, serta maraknya kasus penipuan daring membuat sebagian masyarakat lebih berhati-hati dalam menyimpan informasi keuangan mereka secara digital. Kasus kebocoran data yang beberapa kali mencuat di media juga semakin memperkuat kekhawatiran ini.
2. Rendahnya Literasi Digital
Tidak semua orang memiliki pemahaman yang cukup terkait penggunaan teknologi digital, terutama mereka yang berusia lebih tua atau kurang terbiasa dengan sistem perbankan daring. Kurangnya literasi digital ini membuat mereka merasa kesulitan atau bahkan takut melakukan kesalahan dalam menggunakan layanan perbankan digital.
3. Kepercayaan pada Bank Konvensional
Banyak masyarakat masih memiliki hubungan jangka panjang dengan bank tradisional dan lebih nyaman melakukan transaksi secara langsung di kantor cabang. Sentuhan personal dalam interaksi dengan petugas bank dianggap lebih meyakinkan, terutama dalam menangani transaksi finansial yang kompleks, seperti pengajuan pinjaman atau investasi.
4. Keterbatasan Akses Teknologi
Di beberapa wilayah, terutama daerah pedesaan atau dengan tingkat pendapatan rendah, akses terhadap internet stabil dan perangkat yang mendukung layanan perbankan digital masih terbatas. Hal ini menjadi kendala utama bagi masyarakat dalam mengadopsi sistem perbankan digital secara penuh.
5. Preferensi terhadap Transaksi Tunai
Sebagian orang masih lebih nyaman menggunakan uang tunai dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang terbiasa dengan sistem transaksi konvensional mungkin merasa tidak perlu beralih ke perbankan digital, terutama jika belum melihat manfaat yang signifikan dari layanan tersebut.
6. Takut Melakukan Kesalahan dalam Transaksi
Salah satu kekhawatiran terbesar dalam menggunakan bank digital adalah risiko kesalahan transaksi, seperti salah memasukkan nomor rekening atau jumlah transfer. Bagi mereka yang kurang familiar dengan sistem ini, ketakutan terhadap kesalahan yang sulit diperbaiki bisa menjadi penghambat dalam mengadopsi layanan perbankan digital.
7. Masalah Regulasi dan Kejelasan Hukum
Di beberapa wilayah, aturan terkait perbankan digital masih dalam tahap perkembangan. Kurangnya regulasi yang jelas atau perlindungan hukum bagi nasabah dapat menjadi faktor yang mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap layanan bank digital.
Meskipun Ragu, Bank Digital Terus Berkembang
Terlepas dari berbagai tantangan tersebut, industri bank digital di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Berdasarkan data Restartid.com, hingga semester pertama 2024, terdapat 18 bank digital yang beroperasi di Indonesia. Pertumbuhan ini didorong oleh dua faktor utama:
- Transformasi bank konvensional menjadi bank digital – Sebanyak 10 bank telah mengubah layanannya menjadi digital, di antaranya:
- Bank Royal Indonesia (Blu By BCA)
- Bank Fama (Superbank)
- Bank Mayora (HiBank)
- Bank Artos Indonesia (Bank Jago)
- Bank Harda Internasional (Alo Bank)
- Maybank Nusa Internasional (Aladin Bank)
- Bank Bisnis Internasional (Krom Bank)
- Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu)
- Bank Agro (Bank Raya)
- Anglomas Internasional Bank/Amin Bank (Amar Bank)
- Munculnya bank digital baru – Beberapa pemain baru langsung masuk ke industri dengan model bisnis yang sepenuhnya digital, menawarkan fitur inovatif dan layanan yang lebih fleksibel.
Momentum Pertumbuhan Bank Digital di 2024
Tahun 2024 diprediksi menjadi momen penting bagi industri bank digital di Indonesia. Hingga kuartal ketiga 2024, mayoritas bank digital mencatatkan kinerja positif, didukung oleh peningkatan transaksi perbankan digital.
Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan transaksi digital banking pada November 2024 mencapai 40,1% (YoY). Angka ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan bank berbasis teknologi. Selain itu, Pendapatan Bunga Bersih (NII) industri perbankan digital diproyeksikan mencapai US$3,63 miliar pada 2025, menandakan prospek yang masih sangat menjanjikan.
Dengan semakin berkembangnya inovasi dan peningkatan keamanan layanan, bank digital diharapkan dapat semakin menarik minat masyarakat yang selama ini masih ragu. Ke depannya, daya saing bank digital dengan bank konvensional akan semakin ketat, terutama dalam menghadirkan layanan yang lebih aman, kompetitif, dan fleksibel sesuai kebutuhan nasabah.