Game  

Founder Hazelight Studios Kritik EA Terkait Game Live Service

Josef Fares, Pendiri Hazelight Studios, Soroti Pernyataan CEO EA

Founder Hazelight Studios Kritik EA Terkait Game Live Service

Restartid.com – Pernyataan CEO Electronic Arts (EA), Andrew Wilson, tentang kegagalan Dragon Age: The Veilguard yang dikaitkan dengan absennya fitur live service menuai berbagai reaksi. Tak hanya dari kalangan gamer, beberapa developer game juga memberikan tanggapan, termasuk Josef Fares, pendiri Hazelight Studios.

Dalam wawancara eksklusif dengan EuroGamer, Fares mengkritik pendekatan EA yang terlalu berfokus pada model live service dan menekankan bahwa kreativitas seharusnya menjadi prioritas utama dalam pengembangan game.

Josef Fares: Live Service Bukan Satu-Satunya Solusi

Dalam wawancara tersebut, Josef Fares secara terang-terangan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap gagasan bahwa game tanpa live service akan gagal. Ia menegaskan bahwa developer seharusnya lebih mengutamakan passion dan visi kreatif dalam pembuatan game, bukan hanya mengejar profit semata.

💬 “Live service bukan cara yang tepat. Saya berharap ada lebih banyak lagi developer yang fokus pada passion dan apa yang mereka percayai. Jika kamu percaya dengan visimu dan menjalankannya, kamu masih bisa meraih audiens yang besar.” — Josef Fares, Founder Hazelight Studios

Fares pun mencontohkan kesuksesan Hazelight Studios sebagai bukti nyata bahwa game berbasis cerita dan single-player tetap bisa menarik banyak pemain, tanpa harus mengandalkan sistem live service.

Split Fiction, Game Baru Hazelight, Tak Akan Mengusung Live Service

Hazelight Studios saat ini tengah mengembangkan game terbaru mereka berjudul Split Fiction, yang diterbitkan oleh EA. Namun, saat ditanya apakah game ini akan menerapkan live service, Fares dengan tegas menolaknya.

Menurutnya, developer game harus tetap berpegang pada visi mereka, meskipun publisher seperti EA sering kali memiliki kepentingan finansial yang berbeda.

💬 “Kami tidak akan mengikuti kemauan mereka atau melakukan sesuatu yang tidak kami yakini.”

Fares memahami bahwa publisher memiliki tanggung jawab untuk memikirkan keuntungan, tetapi ia juga menegaskan bahwa mereka harus menghargai proses kreatif dalam pengembangan game.

🎭 “Publisher tidak bisa hanya berkata: ‘Berikan kami $100 juta, kami ingin kalian melakukan apa yang kami inginkan.’ Harus ada keseimbangan antara kreativitas developer dan kepentingan finansial publisher.”

EA dan Kontroversi Live Service

Electronic Arts dikenal sebagai publisher yang sering menerapkan model live service dalam game mereka, seperti FIFA (EA Sports FC), Apex Legends, dan Battlefield 2042. Namun, strategi ini juga sering menuai kritik, terutama karena monetisasi agresif dan kurangnya fokus pada kualitas gameplay utama.

Kasus terbaru adalah Dragon Age: The Veilguard, yang disebut gagal oleh EA karena tidak memiliki fitur live service. Pernyataan ini memicu perdebatan di industri game, dengan banyak pihak yang berpendapat bahwa game single-player tetap memiliki tempat di pasar tanpa harus dipaksakan menjadi live service.