Restartid.com – Perkembangan kecerdasan buatan (AI) semakin pesat dengan kehadiran berbagai model baru yang diklaim lebih efisien dan inovatif. Salah satu model AI terbaru yang menarik perhatian adalah DeepSeek, yang dikembangkan di Tiongkok. Namun, meskipun menunjukkan performa menjanjikan, DeepSeek kini mulai diragukan oleh para pakar AI, termasuk CEO Google DeepMind, Demis Hassabis. Bahkan, AI ini telah diblokir di beberapa negara besar karena alasan keamanan data.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dengan DeepSeek? Benarkah klaim efisiensinya berlebihan? Dan mengapa negara-negara seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan memilih untuk memblokirnya?
CEO Google DeepMind Ragukan Klaim DeepSeek
Dalam Artificial Intelligence Action Summit yang berlangsung di Paris, CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, secara terbuka meragukan klaim efisiensi DeepSeek. Menurutnya, biaya pelatihan DeepSeek yang diklaim hanya mencapai $5,6 juta tidak masuk akal, karena itu hanya mencerminkan tahap akhir pelatihan.
🔍 Perbandingan Biaya Pengembangan AI:
- DeepSeek: $5,6 juta (klaim dari pengembang)
- ChatGPT (OpenAI): Lebih dari $100 juta
- Gemini (Google): Tidak dipublikasikan, tetapi disebut lebih efisien
Hassabis menjelaskan bahwa biaya total pengembangan AI tidak hanya mencakup pelatihan akhir, tetapi juga pengumpulan data, infrastruktur, serta berbagai iterasi pelatihan sebelumnya. Dengan demikian, klaim efisiensi luar biasa DeepSeek dianggap menyesatkan.
Meski begitu, Hassabis tetap mengakui bahwa DeepSeek memiliki performa yang menjanjikan. Namun, ia menegaskan bahwa model AI Google, Gemini, sebenarnya lebih efisien dalam rasio biaya terhadap performa, hanya saja Google tidak memasarkan efisiensinya dengan cara yang sama seperti DeepSeek.
Diblokir di Beberapa Negara, DeepSeek Dituduh Mengancam Keamanan Data
Terlepas dari perdebatan mengenai efisiensinya, DeepSeek menghadapi tantangan lain yang lebih serius: pembatasan dan pemblokiran di berbagai negara.
📌 Negara yang Melarang atau Memblokir DeepSeek:
- Amerika Serikat (semua negara bagian)
- Australia
- Taiwan
- Italia
- Korea Selatan (negara terbaru yang memblokir)
Alasan utama di balik pemblokiran ini adalah kekhawatiran terhadap keamanan data pengguna. DeepSeek diketahui mengumpulkan dan menyimpan data di Tiongkok, yang memicu kekhawatiran banyak negara terkait kemungkinan penyalahgunaan data, baik untuk kepentingan ekonomi maupun pertahanan negara.
Di Korea Selatan, misalnya, beberapa perusahaan besar seperti Kakao Corp dan SK Hynix telah melarang karyawan mereka menggunakan DeepSeek di lingkungan kerja. Bahkan, badan pengawas privasi Korea Selatan berencana meminta klarifikasi resmi dari DeepSeek terkait pengelolaan data pribadi pengguna.
Italia juga telah mengambil langkah serupa dengan menuntut penjelasan dari DeepSeek, tetapi hingga kini pihak pengembang belum memberikan tanggapan.
Implikasi Pemblokiran DeepSeek: Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Keputusan beberapa negara untuk memblokir DeepSeek menunjukkan meningkatnya ketegangan dalam dunia AI, terutama antara Tiongkok dan negara-negara Barat. Kekhawatiran akan penyalahgunaan data dan keamanan siber menjadi isu utama dalam persaingan teknologi global.
💡 Potensi dampak pemblokiran DeepSeek:
✅ Perlindungan data pengguna lebih terjamin di negara-negara yang melarangnya
❌ Menghambat inovasi AI lintas negara
❌ Memperburuk ketegangan geopolitik dalam industri teknologi
Dengan tekanan dari berbagai negara, DeepSeek kemungkinan besar harus memberikan transparansi lebih besar terkait cara mereka mengelola data pengguna. Jika tidak, mereka mungkin akan menghadapi pemblokiran lebih luas di masa depan.