Berita  

China Melesat di Era Mobil Listrik Cerdas: 15 Juta Kendaraan Baru Akan Dilengkapi Fitur Self-Driving Tahun Ini

China Melesat di Era Mobil Listrik Cerdas: 15 Juta Kendaraan Baru Akan Dilengkapi Fitur Self-Driving Tahun Ini

Restartid.com – Industri otomotif China semakin menunjukkan dominasinya di pasar global dengan lonjakan adopsi teknologi mengemudi otonom pada mobil listrik (EV). Diperkirakan, sekitar 15 juta mobil baru yang akan meluncur di jalan-jalan China pada tahun ini akan dilengkapi dengan fitur self-driving. Kemajuan ini didorong oleh penurunan biaya teknologi, memungkinkan mobil pintar dengan harga terjangkau, bahkan di bawah 100.000 yuan (sekitar Rp220 juta), sudah bisa memiliki fitur Advanced Driving Assistance Systems (ADAS).

Era Baru Mobil Listrik dengan Autopilot L2

Laporan dari South China Morning Post (SCMP) menyebutkan bahwa mobil-mobil baru di China akan memiliki kemampuan mengemudi otomatis Level 2 (L2), yang memungkinkan sistem kendaraan untuk mengendalikan setir, akselerasi, dan pengereman secara otomatis, meskipun pengemudi tetap harus siap mengambil alih kendali kapan saja.

Menurut Zhang Yongwei, Sekretaris Jenderal China EV100—sebuah organisasi yang terdiri dari para eksekutif produsen EV terkemuka di China—tren ini akan terus berkembang pesat. Zhang memperkirakan bahwa pada 2025, dua dari tiga mobil baru di China akan memiliki teknologi self-driving L2 atau lebih tinggi.

“Kecerdasan kendaraan kini menjadi medan pertempuran baru bagi para produsen otomotif di tengah persaingan yang semakin ketat,” ujar Zhang dalam sebuah konferensi di Beijing bulan lalu.

China Memimpin Transformasi Global Mobil Otonom

China telah menjadi pasar otomotif terbesar di dunia, dan pengembangan teknologi self-driving di negara ini telah mencapai titik balik yang signifikan.

Menurut David Zhang, Sekretaris Jenderal Asosiasi Teknik Kendaraan Cerdas Internasional, adopsi mobil pintar di China telah meningkat drastis. Produksi massal ADAS memungkinkan lebih banyak konsumen China merasakan sensasi berkendara dengan bantuan autopilot.

Pada 2024, produsen mobil China mengirimkan 22,9 juta unit kendaraan—termasuk kendaraan listrik dan berbahan bakar bensin—kepada pelanggan domestik maupun internasional. Angka ini naik 5,5% dibandingkan tahun sebelumnya, menegaskan bahwa industri otomotif China semakin menguasai pasar global.

Salah satu pemimpin industri, BYD, telah menyiapkan strategi untuk menghadirkan mobil listrik berfitur ADAS dengan harga di bawah 100.000 yuan. Ini merupakan langkah revolusioner, mengingat saat ini mayoritas mobil cerdas di China dengan fitur ADAS masih dibanderol di atas 150.000 yuan (sekitar Rp330 juta).

Menurut Paul Gong, Kepala Penelitian Otomotif China di UBS, 2024 akan menjadi tahun “demokratisasi” sistem self-driving tingkat tinggi. Puluhan produsen mobil kini semakin gencar berinovasi untuk memenangkan persaingan, menciptakan kendaraan cerdas yang lebih terjangkau bagi masyarakat luas.

Mengenal Level Self-Driving: Dari L2 hingga L5

Teknologi self-driving diklasifikasikan dalam lima level kecanggihan sesuai standar SAE International yang berbasis di AS:

  • L2 (Partial Automation): Mobil dapat mengontrol setir, akselerasi, dan pengereman, tetapi pengemudi tetap harus waspada dan siap mengambil alih kapan saja.
  • L3 (Conditional Automation): Kendaraan dapat mengemudi sendiri dalam kondisi tertentu tanpa campur tangan pengemudi, tetapi tetap membutuhkan kewaspadaan.
  • L4 (High Automation): Mobil bisa beroperasi sendiri dalam lingkungan tertentu tanpa campur tangan manusia, memungkinkan pengemudi untuk tidak memperhatikan jalan.
  • L5 (Full Automation): Kendaraan sepenuhnya otonom tanpa memerlukan intervensi manusia dalam kondisi apa pun.

Saat ini, mayoritas mobil cerdas di China masih berada pada Level 2 atau L2+, yang memungkinkan pengemudi untuk mendapatkan bantuan mengemudi tetapi tetap harus waspada.

Teknologi Otonom Menghemat Triliunan Rupiah

Selain meningkatkan pengalaman berkendara, teknologi self-driving juga diprediksi dapat menghemat biaya operasional perusahaan dalam jangka panjang.

Analis UBS, Xu Bin, memperkirakan bahwa pada 2030, adopsi teknologi mengemudi otonom dapat menghemat biaya tenaga kerja tahunan perusahaan di China hingga 1,8 triliun yuan (sekitar Rp4.000 triliun).

Pengurangan biaya tenaga kerja ini terjadi karena ribuan truk di China mulai mengadopsi teknologi truk tanpa pengemudi, yang meningkatkan efisiensi logistik dan memangkas pengeluaran perusahaan secara signifikan.

Turunnya Biaya ADAS, Mobil Pintar Semakin Terjangkau

Dalam dua tahun terakhir, biaya ADAS mengalami penurunan drastis, membuka peluang bagi lebih banyak produsen untuk mengintegrasikan fitur ini ke mobil dengan harga terjangkau.

Menurut Chen Jinzhu, CEO Shanghai Mingliang Auto Service, biaya pemasangan sistem ADAS kini hanya sekitar 10.000 yuan (sekitar Rp22 juta)—jauh lebih murah dibandingkan sebelumnya.

Sementara itu, biaya sensor lidar—komponen utama dalam sistem self-driving yang memetakan lingkungan sekitar kendaraan—juga mengalami penurunan tajam.

Andrew Fan, Chief Financial Officer dari Hesai, perusahaan penyedia sensor lidar di Shanghai, menyebutkan bahwa harga perangkat ini kini hanya US$200 per unit, turun drastis dari ribuan dolar lima tahun lalu.

China vs Tesla: Persaingan Ketat di Pasar Self-Driving

Meskipun China melaju pesat dalam teknologi self-driving, produsen mobil negara ini masih menghadapi tantangan besar dalam mengejar Tesla, pemimpin industri mobil otonom global.

Sistem Full Self-Driving (FSD) milik Tesla dianggap sebagai teknologi self-driving terdepan di dunia. Namun, sistem ini belum disetujui untuk digunakan di China, meskipun kabarnya akan segera mulai diuji coba tahun ini.

Di AS, Tesla mengenakan biaya US$8.000 (sekitar Rp125 juta) untuk fitur FSD, dengan opsi langganan bulanan sebesar US$99 (sekitar Rp1,5 juta). Jika sistem ini mulai diadopsi di China, persaingan akan semakin ketat antara produsen EV lokal dan Tesla.

Masa Depan Mobil Otonom di China

Dengan pertumbuhan pesat industri kendaraan listrik dan turunnya biaya teknologi, mobil dengan fitur self-driving kini bukan lagi sekadar teknologi mewah, melainkan menjadi standar baru di China.

Dalam beberapa tahun ke depan, diperkirakan mobil dengan teknologi autopilot L2+ atau lebih tinggi akan mendominasi pasar. Dengan persaingan ketat antara produsen dalam negeri dan Tesla, industri otomotif global akan terus mengalami perubahan besar dalam adopsi kendaraan otonom.

Bagi para pembeli muda di China, mobil dengan fitur mengemudi cerdas semakin menarik karena menawarkan pengalaman berkendara yang lebih nyaman dan efisien.

Tinggal menunggu waktu, apakah mobil dengan self-driving level tinggi akan segera menjadi realitas di jalanan China, bahkan dunia?