Restartid.com – ASRock, salah satu produsen motherboard dan kartu grafis ternama, mengumumkan rencana untuk memindahkan sebagian produksinya dari China. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Gedung Putih baru saja memberlakukan pajak tambahan sebesar 10% untuk semua barang impor dari China, yang secara langsung berdampak pada industri perangkat keras PC, termasuk produsen seperti ASRock, MSI, dan GIGABYTE.
Dampak Tarif Impor: Produksi & Harga Terancam Naik
Dalam wawancaranya dengan PCMag, ASRock mengungkapkan bahwa proses pemindahan manufaktur GPU dan produk lainnya ke negara lain memerlukan waktu dan strategi yang matang. Selain tantangan logistik, perusahaan juga menghadapi dilema ekonomi yang berpotensi meningkatkan harga jual produk mereka.
“Kami mungkin harus menanggung sebagian biaya dan menaikkan harga sedikit untuk menyesuaikan dengan biaya produksi yang lebih tinggi,” ujar perwakilan ASRock. “Namun, menaikkan harga bukanlah keputusan mudah karena pasar masih sangat kompetitif.”
Selain tarif baru ini, beberapa komponen utama seperti power supply (PSU) sudah lebih dulu terkena pajak impor sebesar 25%. Dengan demikian, beban biaya bagi produsen perangkat keras PC semakin meningkat.
Jika kebijakan tarif impor yang lebih besar tidak diberlakukan untuk Taiwan, maka dampak utama aturan ini akan lebih terasa bagi perusahaan yang masih memiliki sebagian besar proses manufaktur di China, seperti ASRock dan MSI—yang selama ini memproduksi motherboard di Shenzhen.
Tren Global: Pabrikan PC Mulai Cari Alternatif
Langkah ASRock bukanlah hal mengejutkan. Tren pemindahan produksi dari China sudah mulai terlihat sejak akhir 2024. Contohnya, PC Partner, produsen PCB terbesar kedua di dunia yang memasok kartu grafis untuk merek seperti Inno3D dan Zotac, telah lebih dulu memindahkan kantor pusatnya dari China ke Singapura.
Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin raksasa lain seperti GIGABYTE, MSI, dan ASUS akan mengikuti jejak ASRock dalam mencari alternatif lokasi manufaktur. Negara seperti Vietnam, Taiwan, dan Malaysia kini menjadi pilihan strategis bagi banyak perusahaan yang ingin menghindari pajak tambahan dari AS.
Namun, pemindahan produksi tidak selalu berjalan mulus. Proses relokasi memerlukan investasi besar dalam infrastruktur baru dan tenaga kerja, yang pada akhirnya bisa berdampak pada kenaikan harga produk. Dengan kondisi ini, konsumen perlu bersiap menghadapi kemungkinan naiknya harga komponen PC dalam beberapa bulan ke depan.
Meski demikian, persaingan ketat antarprodusen dapat membantu menahan lonjakan harga yang terlalu tinggi. Jika pabrikan lain mampu menemukan solusi manufaktur yang lebih efisien, kemungkinan kenaikan harga dapat diminimalkan.
Apa Dampaknya bagi Konsumen?
Perubahan ini bisa berdampak luas pada industri PC secara global, termasuk:
- Kenaikan Harga Komponen – Dengan meningkatnya biaya produksi dan tarif impor, harga motherboard, kartu grafis, dan komponen lainnya bisa naik dalam waktu dekat.
- Potensi Keterbatasan Pasokan – Pemindahan produksi bisa menyebabkan gangguan sementara dalam rantai pasokan, yang berpotensi membuat beberapa produk sulit ditemukan di pasaran.
- Persaingan Alternatif Produksi – Negara seperti Vietnam, Taiwan, dan Malaysia bisa mendapat keuntungan sebagai basis produksi baru, meskipun butuh waktu untuk menyesuaikan kapasitas mereka.