Restartid.com – Kekurangan talenta di sektor keamanan siber telah menjadi isu yang semakin mendesak dalam beberapa tahun terakhir, dan hal ini terbukti semakin kritis pasca-pandemi COVID-19. Pandemi yang mempercepat digitalisasi di hampir setiap aspek kehidupan tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga meningkatkan jumlah serangan siber yang semakin merajalela. Dalam konteks ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling terdampak oleh ancaman tersebut, dengan kurangnya talenta yang terampil dalam keamanan siber menjadi salah satu pemicu utama.
Meningkatnya Ancaman Siber di Indonesia
Menurut telemetri terbaru dari Kaspersky untuk tahun 2024, Indonesia mengalami lonjakan signifikan dalam jumlah serangan siber yang terdeteksi. Perusahaan keamanan siber global tersebut melaporkan bahwa mereka berhasil mendeteksi dan memblokir lebih dari 36 juta upaya ancaman lokal di Indonesia. Data ini dikumpulkan dari Kaspersky Security Network (KSN) yang melibatkan pengguna sukarela untuk memantau ancaman digital.
Angka tersebut mencerminkan peningkatan yang cukup signifikan, meskipun ada sedikit penurunan dibandingkan dengan 2023. Jumlah insiden serangan siber lokal di Indonesia pada 2024 tercatat 36.168.342, yang turun sekitar 29,44% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 51 juta deteksi. Meski demikian, Indonesia masih tetap berada di peringkat ke-71 secara global dalam hal ancaman lokal. Ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam situasi yang cukup rawan terhadap serangan siber.
Ancaman Siber Lokal: Dari Worm hingga Virus File
Secara lebih rinci, worm dan virus file adalah jenis ancaman yang paling banyak menyebabkan insiden keamanan di Indonesia. Banyak dari ancaman ini menyebar melalui perangkat yang dapat dilepas seperti USB, serta CD dan DVD—metode yang biasanya disebut dengan “offline threats”. Meskipun serangan berbasis internet semakin berkembang, ancaman-ancaman tradisional ini masih sering terjadi, menandakan bahwa kesadaran digital dan praktik keamanan siber di kalangan pengguna Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Peringkat Indonesia dalam hal ancaman lokal menunjukkan bahwa negara ini berada dalam situasi yang cukup rawan, dengan banyak pengguna yang terpapar ancaman siber. Menariknya, Indonesia bukan satu-satunya negara yang menghadapi tantangan ini. Negara-negara seperti Turkmenistan, Afghanistan, dan Tajikistan tercatat memiliki tingkat ancaman lokal yang jauh lebih tinggi, dengan lebih dari 60% pengguna di negara-negara tersebut menjadi korban serangan siber.
Kebutuhan Talenta Keamanan Siber yang Mendesak
Data ini mencerminkan kebutuhan mendesak akan talenta di bidang keamanan siber yang berkualitas di Indonesia. Menurut catatan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Indonesia saat ini kekurangan sekitar 500.000 talenta digital setiap tahun. Bahkan, Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2024 memperkirakan bahwa pada 2030, negara ini akan membutuhkan hingga 12 juta talenta digital untuk memenuhi permintaan di sektor-sektor yang semakin terdigitalisasi.
Kekurangan talenta ini bukanlah masalah yang sederhana, karena dapat berdampak langsung pada ketahanan dan keandalan sistem keamanan digital negara. Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, mengungkapkan bahwa kurangnya pengalaman langsung di sektor ini dapat merugikan banyak bisnis. Tanpa talenta yang memadai, serangan siber yang lebih canggih dan berbahaya akan semakin sulit untuk ditangani. Penguatan kapasitas talenta siber di seluruh sektor, khususnya di organisasi-organisasi besar, menjadi sangat penting untuk menghadapi tantangan ini.
Inisiatif Pemerintah untuk Meningkatkan Talenta Digital
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Indonesia telah mengambil langkah-langkah positif untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah inisiatif untuk melatih satu juta talenta digital dari seluruh Indonesia. Inisiatif ini diharapkan bisa mengurangi kekurangan tenaga ahli di bidang keamanan siber dan teknologi informasi. Langkah tersebut mendapatkan apresiasi dari para pemangku kepentingan, termasuk Kaspersky, yang menyatakan bahwa ini adalah langkah maju yang sangat tepat. Adrian Hia menyebutkan, “Kami sangat mengapresiasi upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika atas inisiatif revolusionernya di bidang keamanan siber. Ini adalah langkah yang sangat positif, dan kami berharap akan ada lebih banyak lagi upaya seperti ini di masa depan.”
Namun, meskipun upaya ini patut dihargai, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam membangun ekosistem keamanan siber yang kokoh di Indonesia. Peningkatan pendidikan digital dan pelatihan profesional di bidang ini menjadi faktor krusial untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki cukup talenta yang dapat memenuhi tuntutan pasar yang semakin meningkat.
Solusi untuk Mengatasi Kekurangan Talenta
Untuk mengatasi kekurangan talenta yang ada, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, di antaranya:
-
Meningkatkan Pendidikan dan Pelatihan: Memperkenalkan kurikulum berbasis teknologi dan keamanan siber di tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Selain itu, program pelatihan jangka pendek yang diselenggarakan oleh perusahaan keamanan siber atau lembaga pelatihan lainnya bisa membantu mempercepat pembentukan tenaga ahli yang terampil.
-
Kemitraan dengan Industri: Meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, universitas, dan industri teknologi untuk menciptakan program magang atau kerjasama riset yang dapat memberi pengalaman langsung kepada para calon profesional di bidang keamanan siber.
-
Inisiatif Pemerintah: Menyediakan insentif bagi talenta siber yang bekerja di sektor publik, serta subsidi pendidikan untuk kursus keamanan siber bagi individu yang ingin berkarier di bidang ini.
-
Keterlibatan Komunitas: Mendorong pembentukan komunitas keamanan siber yang dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam menghadapi ancaman siber.
Penutup
Keamanan siber menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Indonesia di era digital ini. Dengan meningkatnya jumlah serangan siber dan semakin kompleksnya ancaman yang ada, Indonesia perlu meningkatkan kapasitas dan kualitas talenta di bidang ini. Langkah-langkah yang diambil oleh Kominfo dalam melatih satu juta talenta digital adalah langkah yang sangat positif, namun tantangan untuk memenuhi kebutuhan talenta digital pada 2030 yang mencapai 12 juta orang masih sangat besar. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan sektor pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan tahan terhadap ancaman siber.