Restartid.com – Sejumlah analis pasar modal memperkirakan bahwa kinerja PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) akan mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2025. Hal ini didorong oleh strategi ekspansi perseroan dalam mengembangkan layanan broadband serta penguatan infrastruktur digital, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan transformasi digital di Indonesia.
Strategi Ekspansi Broadband Jadi Pendorong Utama
Menurut Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, prospek TLKM didukung oleh tingginya permintaan internet dan pertumbuhan transformasi digital yang semakin pesat. Ia menilai bahwa fokus Telkom dalam mengembangkan layanan broadband akan meningkatkan jumlah pelanggan sekaligus mendorong profitabilitas perusahaan.
“Strategi ekspansi TLKM dalam layanan broadband dapat meningkatkan jumlah pengguna, seiring dengan permintaan internet yang masih tinggi,” ujarnya, Rabu (26/2/2025).
Namun, hingga September 2024, TLKM masih mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 9,35% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 17,67 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 19,94 triliun.
Telkomsel Masih Mendominasi Pasar Fixed Broadband
Menurut analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Daniel Widjaja, Telkomsel tetap menjadi pemimpin pasar di segmen fixed broadband (FBB) dengan pangsa pasar sekitar 70%-75% dan cakupan layanan yang telah menjangkau 450-500 kota di Indonesia.
Meskipun persaingan di industri broadband masih tergolong stabil, Telkomsel terus berinovasi dengan memperkenalkan layanan EzNet untuk meningkatkan keterjangkauan internet bagi segmen pasar yang lebih luas. Namun, untuk menjaga profitabilitas, Telkomsel juga terus memprioritaskan pelanggan premium, guna mengimbangi potensi penurunan Average Revenue Per User (ARPU) akibat layanan internet yang lebih terjangkau.
“Telkomsel memprioritaskan pelanggan bernilai tinggi untuk menjaga profitabilitas, karena mereka memiliki sensitivitas harga yang lebih rendah,” kata Daniel.
Selain itu, Telkomsel juga mempertimbangkan opsi menaikkan tarif, sembari memastikan ketersediaan kartu perdana tetap terjaga. Peningkatan ARPU diharapkan dapat sejalan dengan inflasi dan bertumpu pada pengeluaran pelanggan yang sudah ada, yang saat ini menyumbang 95% dari total pendapatan perusahaan.
Strategi Telkomsel dan Evaluasi Spektrum 1.4 GHz
Manajemen TLKM mengungkapkan bahwa kartu perdana By.U seharga Rp 10.000 merupakan strategi pemasaran yang ditujukan bagi segmentasi anak muda. Dengan strategi ini, perusahaan berharap dapat meningkatkan ARPU dengan menawarkan paket layanan berbasis analisis pola pembelian pelanggan.
Selain itu, Telkomsel saat ini juga tengah mengevaluasi keikutsertaannya dalam lelang spektrum 1.4 GHz, dengan mempertimbangkan aspek efisiensi biaya serta manfaat strategis jangka panjang. Perusahaan juga menjajaki pengembangan layanan fixed wireless access (FWA) serta optimalisasi spektrum untuk mendukung ekspansi broadband di masa depan.
Namun, menurut analis Maybank Sekuritas, Etta Rusidana Putra, TLKM tampaknya kurang tertarik untuk mengikuti lelang spektrum ini. Ia mengungkapkan beberapa alasan utama, di antaranya:
- Spektrum 1.4 GHz tidak umum digunakan untuk layanan FWA, dan perangkat yang mendukungnya masih terbatas.
- Belanja modal (capex) yang dibutuhkan untuk mengembangkan layanan berbasis spektrum ini cukup tinggi, sementara kontribusi FWA (Orbit Telkomsel) terhadap pendapatan masih tergolong kecil.
- Alokasi spektrum 80 MHz yang dibagi untuk tiga operator dinilai tidak cukup untuk mendukung kecepatan internet hingga 100 Mbps, yang merupakan standar ideal untuk jaringan 5G.
- Tidak ada informasi rinci mengenai harga spektrum, namun berdasarkan metode pembayaran sebelumnya, biaya yang harus dikeluarkan cukup mahal—dua kali biaya di muka ditambah biaya tahunan berdasarkan harga penawaran.
Meskipun begitu, Etta tetap melihat prospek TLKM sebagai perusahaan telekomunikasi yang kuat, terutama karena keunggulan infrastruktur backhaul, baik secara domestik maupun internasional. Selain itu, TLKM memiliki 38 juta home pass yang siap dimonetisasi untuk layanan fixed broadband prabayar, serta neraca keuangan yang lebih stabil dibandingkan kompetitornya.
“Kami pikir TLKM hanya perlu bertindak lebih cepat, lebih gesit, serta meningkatkan kualitas layanan dan dukungan teknis kepada pelanggan,” tegasnya.
Proyeksi Kinerja dan Dividen TLKM di 2025
Berdasarkan laporan keuangan terakhir, rasio likuiditas (current ratio) TLKM masih di bawah 1 kali, yakni 0,70 kali, dengan Debt-to-Equity Ratio (DER) sebesar 0,85 kali, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola utangnya dengan cukup baik.
Indy Naila memperkirakan bahwa laba bersih TLKM pada 2025 berpotensi tumbuh sekitar 5% secara YoY, dengan margin laba bersih yang diperkirakan berada di kisaran 15%-16%.
Selain itu, kebijakan dividen TLKM juga menjadi daya tarik bagi investor. Perusahaan telah secara konsisten membagikan dividen dalam tiga tahun terakhir, yang semakin memperkuat daya tarik saham TLKM di pasar modal.
Dengan strategi ekspansi yang solid dan fokus pada pengembangan layanan digital, TLKM diprediksi akan tetap menjadi salah satu pemain utama di industri telekomunikasi Indonesia pada 2025.