Berita  

1000 Musisi di Inggris Rilis Album “Senyap” sebagai Protes Kebijakan Pro-AI

1000 Musisi di Inggris Rilis Album "Senyap" sebagai Protes Kebijakan Pro-AI

Restartid.com – Kebijakan terbaru pemerintah Inggris terkait hak cipta dan kecerdasan buatan (AI) memicu gelombang protes dari komunitas musisi. Dalam upaya menarik lebih banyak pengembang AI, pemerintah melonggarkan regulasi yang memungkinkan karya musisi digunakan sebagai bahan pelatihan AI tanpa perlu izin eksplisit. Hal ini menuai kecaman dari para seniman yang merasa hak-hak mereka diabaikan.

Sebagai bentuk protes, sekitar 1000 musisi Inggris—termasuk nama besar seperti Kate Bush, Hans Zimmer, Billy Ocean, dan Imogen Heap—meluncurkan album berjudul Is This What We Want? yang berisikan 12 track “senyap”. Album ini hanya menampilkan suara-suara ambiens seperti kebisingan ruangan kosong, sebagai bentuk sindiran terhadap kebijakan baru tersebut.

Album “Senyap” sebagai Bentuk Protes

Melansir TechCrunch, album yang dirilis pada Senin lalu ini menyajikan pesan tersembunyi melalui judul 12 track yang jika digabung membentuk kalimat protes:

“Pemerintah Inggris tidak boleh melegalkan pencurian karya musik untuk menguntungkan perusahaan AI.”

Dengan hanya menghadirkan rekaman suara ruangan kosong, album ini menyampaikan kritik tajam terhadap regulasi yang dianggap merugikan seniman. Para musisi menegaskan bahwa karya mereka tidak seharusnya digunakan tanpa izin, apalagi untuk melatih teknologi AI yang bisa mereplikasi gaya musik mereka.

Kebijakan Baru yang Kontroversial

Peraturan hak cipta yang direvisi memungkinkan developer AI untuk menggunakan musik yang tersedia di internet tanpa izin eksplisit dari penciptanya. Jika musisi tidak ingin karyanya digunakan, mereka harus secara proaktif menyatakan penolakan (opt-out). Namun, banyak pihak menyayangkan tidak adanya mekanisme yang jelas bagi musisi untuk menarik diri dari sistem ini.

Langkah pemerintah ini dianggap sebagai pembiaran terhadap eksploitasi karya seni demi keuntungan perusahaan teknologi. Beberapa musisi bahkan menilai kebijakan ini sebagai “pencurian yang dilegalkan”, di mana industri AI bisa dengan bebas menggunakan materi kreatif tanpa kompensasi yang adil.

Protes AI: Bukan Pertama Kali Terjadi

Kasus serupa sebelumnya juga terjadi di Amerika Serikat, di mana sejumlah seniman menggugat perusahaan AI yang melatih modelnya menggunakan lagu-lagu mereka tanpa izin. Di berbagai negara, penggunaan AI dalam industri kreatif terus menjadi perdebatan sengit, terutama dalam aspek hak cipta dan kompensasi bagi pencipta asli.

Dalam beberapa bulan terakhir, industri musik semakin vokal menyuarakan penolakan terhadap AI yang tidak menghormati hak cipta. Universal Music Group (UMG) bahkan telah menghapus sejumlah besar lagu dari platform streaming setelah ditemukan bahwa karya-karya tersebut digunakan untuk melatih model AI tanpa izin.

Album “Senyap” Kini Tersedia di Berbagai Platform

Sebagai bentuk aksi kolektif, album Is This What We Want? kini telah tersedia di berbagai layanan streaming musik. Para musisi berharap aksi ini bisa meningkatkan kesadaran publik serta mendorong pemerintah untuk meninjau ulang kebijakan pro-AI yang kontroversial ini.

Dengan semakin banyaknya protes dari komunitas kreatif, pertanyaan besar pun muncul: apakah regulasi ini akan direvisi, ataukah dunia musik akan memasuki era baru di mana AI bisa menggunakan karya seni tanpa batas?