Restartid.com – Industri aset kripto di Indonesia terus berkembang pesat, namun rendahnya literasi keuangan masih menjadi tantangan utama bagi para investor. Untuk mengatasi hal ini, pelaku industri kripto berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat agar dapat berinvestasi secara bijak dan bertanggung jawab.
Hal ini ditegaskan oleh Hasan Fawzi, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia menekankan pentingnya edukasi dalam melindungi konsumen dari berbagai risiko, seperti misinformasi, manipulasi pasar, serta praktik investasi yang tidak bertanggung jawab.
“Kami mendorong seluruh pemangku kepentingan, khususnya para Pedagang Aset Kripto, untuk berperan sebagai aktor penting dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan kripto,” ujar Hasan dalam pembukaan Bulan Literasi Kripto (BLK) 2025.
Tokocrypto Dorong Edukasi Keuangan Digital
Salah satu langkah konkret dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap aset digital adalah melalui Bulan Literasi Kripto 2025, yang didukung secara aktif oleh Tokocrypto. Sebagai salah satu platform perdagangan aset kripto terkemuka di Indonesia, Tokocrypto berkomitmen untuk memberikan edukasi yang komprehensif bagi masyarakat guna mendorong adopsi kripto yang lebih luas dan berkelanjutan.
Melalui berbagai inisiatif seperti webinar, workshop, dan konten edukatif, Tokocrypto ingin memastikan bahwa masyarakat memiliki pemahaman yang kuat tentang cara berinvestasi dengan aman.
“Edukasi adalah kunci utama untuk menciptakan ekosistem kripto yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Kami berkomitmen untuk memberikan akses informasi yang jelas dan transparan, sehingga pengguna dapat mengambil keputusan investasi yang lebih baik,” ujar Wan Iqbal, Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto.
Rendahnya Literasi Kripto di Indonesia
Menurut laporan Crypto Competence Index 2024 dari PiP World, tingkat literasi keuangan di kalangan komunitas kripto masih tergolong rendah. Studi ini memperkirakan bahwa tingkat literasi keuangan di sektor kripto hanya mencapai 25%, atau setengah dari rata-rata tingkat literasi keuangan di Amerika Serikat.
Kurangnya pemahaman ini berdampak besar terhadap cara investor mengambil keputusan. Banyak investor yang bertindak impulsif dan reaktif saat menghadapi fluktuasi harga aset digital. Bahkan, data menunjukkan bahwa tujuh dari sepuluh investor lebih sering mengalami kerugian dibanding keuntungan, sementara 76% responden mengaku menyesal atas keputusan investasi mereka.
Iqbal menyoroti bahwa rendahnya literasi keuangan membuat investor lebih rentan terhadap risiko dan kesalahan dalam berinvestasi.
“Solusinya adalah dengan memperbanyak akses edukasi yang mudah dipahami, baik melalui platform digital, komunitas, maupun regulasi yang lebih jelas. Edukasi yang tepat akan membantu investor lebih bijak dalam mengelola risiko dan peluang di pasar kripto,” kata Iqbal.
Harapan ke Depan: Ekosistem Kripto yang Aman dan Transparan
Seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap aset digital, pemahaman tentang manajemen risiko dan strategi investasi yang tepat menjadi semakin penting. Tanpa edukasi yang memadai, investor bisa terjebak dalam keputusan yang merugikan, terutama mengingat sifat pasar kripto yang sangat fluktuatif dan penuh ketidakpastian.
Tokocrypto berharap bahwa inisiatif seperti Bulan Literasi Kripto dapat menjadi momentum penting dalam membangun ekosistem kripto yang lebih aman, transparan, dan inovatif di Indonesia. Dengan edukasi yang lebih luas, diharapkan masyarakat dapat mengambil keputusan investasi yang lebih cerdas dan bertanggung jawab, sehingga pertumbuhan industri kripto di Indonesia dapat berjalan lebih sehat dan berkelanjutan.