Restartid.com – Pemerintah dan instansi keamanan militer Amerika Serikat (AS) mulai mengambil langkah tegas terhadap DeepSeek, chatbot AI asal Tiongkok yang semakin populer di berbagai platform digital. Alasan utama pemblokiran ini adalah kekhawatiran terkait keamanan data, mengingat kebijakan privasi DeepSeek menyatakan bahwa data pengguna disimpan di Tiongkok.
Ratusan perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan pemerintahan, termasuk firma hukum dan penyedia keamanan siber, mulai menutup akses ke chatbot ini. Langkah ini diambil untuk mencegah kemungkinan data sensitif digunakan sebagai alat mata-mata oleh pemerintah Tiongkok.
Ancaman Keamanan dan Langkah Pencegahan
Menurut laporan TechCrunch, perusahaan keamanan siber seperti Armis dan Netskope telah melakukan pemblokiran proaktif terhadap DeepSeek. Mereka menilai bahwa chatbot AI ini berpotensi mengancam keamanan nasional, terutama jika informasi penting dari pejabat pemerintah atau militer AS jatuh ke tangan pihak asing.
Tak hanya perusahaan swasta, Pentagon juga mulai menerapkan larangan terhadap penggunaan DeepSeek. Sebelumnya, Angkatan Laut AS telah lebih dulu memblokir chatbot ini sejak pekan lalu. Namun, masih ditemukan beberapa personel militer di Pentagon yang tetap mengakses DeepSeek, meskipun sudah ada aturan pembatasan.
Sejalan dengan itu, firma hukum ternama Fox Rothschild di San Francisco juga telah memutuskan untuk memblokir DeepSeek guna melindungi data klien mereka dari potensi kebocoran.
DeepSeek Jadi Sorotan Setelah Melejit di App Store dan Google Play
Popularitas DeepSeek tampaknya menjadi salah satu faktor yang memicu kepanikan di AS. Chatbot ini berhasil menduduki posisi Top 1 aplikasi gratis di App Store dan Google Play, membuatnya semakin banyak digunakan oleh masyarakat global.
DeepSeek sendiri mengandalkan model AI R1, yang diklaim memiliki kecerdasan sebanding dengan ChatGPT model o1 milik OpenAI. Keunggulan ini membuat chatbot tersebut semakin menarik bagi pengguna, termasuk kalangan profesional dan bahkan pegawai pemerintahan AS.
Namun, di balik kesuksesannya, DeepSeek dicurigai memiliki kewajiban berbagi data dengan intelijen Tiongkok. Hal ini menjadi perhatian utama pemerintah AS, yang terus memperketat pengawasan terhadap aplikasi asal Tiongkok yang berpotensi mengancam keamanan nasional.
“Kekhawatiran terbesar adalah kemungkinan kebocoran data ke pemerintah Tiongkok,” ujar Nadir Izrael, CTO Armis.
Pegawai Departemen Pertahanan AS Masih Gunakan DeepSeek
Meskipun ada upaya pemblokiran, beberapa pegawai di Departemen Pertahanan AS masih mengikuti tren penggunaan DeepSeek. Bahkan, mereka diketahui menghubungkan komputer kerja mereka ke server Tiongkok dan tetap mengakses layanan tersebut selama setidaknya dua hari.
Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut, terutama mengenai potensi kebocoran informasi rahasia negara yang bisa dimanfaatkan oleh pihak asing.